ilustrasiBERLIMPAHNYA HARTA KEKAYAAN UNTUK KAUM KAFIR(Menjawab syubhat limpahan kekayaan bagi si kafir dalam bingkai Al-Qur'an & Al-Hadist)
Ada sebuah artikel yang dikutip dan dibagikan di satu grup whatsapp keluarga yang cukup menarik untuk dikupas dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk ana pribadi dan kaum mukmin pada umumnya. Berikut ini kutipan artikelnya:
Daftar Orang Terkaya Indonesia 2016: Angka-angka kekayaan 20 orang ini memang menggetarkan. Bagi mereka, harga tanah di Sudirman yang tembus Rp 250 juta per meter persegi sungguh bukan persoalan. Ada 3 fakta mengejutkan yang bisa dipetik dari daftar 20 orang terkaya tersebut. Super Rich Surprising Fact #1 : 90% dari 20 orang terkaya Indonesia adalah keturunan Tionghoa. Fakta 90% orang terkaya di Indonesia adalah warga etnis Tionghoa adalah fakta yang amat menarik. Apalagi jika mengingat bahwa populasi mereka di Indonesia hanya sekitar 3%. Just incredible. Saya tidak tahu dengan pikiran Anda, namun mungkin lebih bijak jika memilih respon seperti ini : hmm, menarik faktanya. Bismilah saya akan belajar dari keunggulan mereka, dan bekerja keras supaya one day saya bisa sekaya mereka. Prestasi yang amat impresif ini (3% populasi menduduki 90% orang terkaya se-Indonesia) selayaknya memacu siapapun warga Indonesia untuk juga bisa seperti mereka. Berjuang agar menjadi “super tajir” dan mampu menyediakan ratusan ribu lapangan kerja buat sesama. Super Rich Surprising Fact #2 : Mantan Calo Jadi Miliuner Chairul Tanjung memulai bisnisnya sejak mahasiswa dengan jualan buku dan fotocopy catatan kuliah. Lalu keliling menawarkan kepada teman-temannya. Dia merangkak dari bawah. Impossible is nothing. Super Rich Surprising Fact #3 : 10% Menguasai 90% Mereka seperti biasa juga akan mengumpat : yang kaya makin kaya dan blah-blah lainnya. Sebaliknya, orang dengan mentalitas kaya dan mindset positif akan komen seperti ini : hmm, amat menarik 10% orang terkaya menguasai 90% aset ekonomi. Bismilah, saya akan berjuang supaya menjadi yang 10%. Ingat! ORANG dengan MENTALITAS KAYA SELALU akan THINK POSITIVE and TAKE ACTIONS (bukan sekedar complain)! Orang sukses yang positif akan terus berjuang untuk membangun imperium bisnis yang kokoh, membuat produk yang "WOW" secara kreatif demi menciptakan aliran rezeki yang masif dan mencetak ribuan lapangan kerja. DEMIKIANLAH, 3 fakta mengejutkan yang layak dipetik dari daftar orang terkaya Indonesia 2016.
Selesai dengan artikel diatas maka secara langsung antum dapat merangkum maksud dan tujuan dari artikel diatas, Lalu muncul pertanyaan baru yang harus dikeluarkan dari lubuk hati yang paling dalam: "BAGAIMANA ISLAM MEMANDANG FENOMENA TERSEBUT?" sehingga dalam menyikapi artikel diatas dibutuhkan keseimbangan dalam pemahamannya agar tidak tergelincir dalam LAUTAN DOSA sebagaimana yang dilakukan oleh QORUN.
Berikut ini ana kutip kajian Islam dalam menjawab fenomena tersebut:
Berikut ini teks pertanyaannya:
Pertanyan ini memberikan inspirasi bagi saya untuk mengangkat tema tulisan terkait masalah takdir. Kaidah penting yang harus dipahami, agar manusia tidak buruk sangka terhadap takdir Allah, Dzat yang Mahasuci dari segala kekurangan.
Kaidah penting dalam memahami takdir
Sebelumnya, perlu kami tegaskan, Anda perlu persiapan mental dan akal untuk memahami kaidah ini. Dalam banyak kesempatan kajian, ketika kaidah ini disampaikan, banyak di antara peserta yang bingung, mumet, rdb (ra dong blas), atau bahkan nesu …. Lumrah, memang memahami kaidah ini seolah memaksakan hati kita untuk mengimani dua hal yang kelihatannya bertentangan. Ya, semoga saja di sini tidak banyak yang mengajukan pertanyaan.
Sebelum mencoba memahami kaidah ini, Anda perlu mendoktrin diri untuk berkeyakinan bahwa:
Kaidah yang kami maksudkan:
Tenang, Anda jangan bingung dahulu. Untuk memahami kaidah di atas dengan baik, kita perlu membedakan antara iradah dengan mahabbah, atau antara iradah kauniyah dengan iradah diniyah.
Pertama, iradah kauniyah–atau yang sering diistilahkan dengan “iradah“–adalah kehendak Allah untuk menciptakan dan mewujudkan sesuatu. Semua yang dikehendaki oleh Allah, pasti Dia ciptakan dan Dia wujudkan. Baik sesuatu yang Dia ciptakan itu Dia cintai atau tidak Dia cintai. Dengan kata lain, semua yang terjadi di alam raya ini, merupakan bagian dari iradah kauniyah Allah ta’ala.
Contohnya, Allah menciptakan malaikat dan semua orang saleh. Allah mencintai mereka karena mereka adalah makhluk yang taat. Allah juga menciptakan iblis dan semua orang kafir. Allah membenci mereka karena mereka adalah makhluk pembangkang, dan seterusnya.
Berikut ini kami cantumkan beberapa contoh ayat yang menunjukkan iradah kauniyah Allah:
1. Firman Allah, tentang perkataan Nabi Nuh ‘alaihis salam,
وَلاَ يَنفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدتُّ أَنْ أَنصَحَ لَكُمْ إِن كَانَ اللّهُ يُرِيدُ أَن يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ
“Nasihatku tidak bermanfaat bagi kalian, jika aku ingin menasihati kalian. Sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian, Dia adalah Tuhan kalian ….” (Q.S. Hud: 34)
Seorang ahli tafsir, Abdurrahman As-Sa’di, mengatakan, “Kehendak itu yang dominan. Jika Dia berkehendak untuk menyesatkan kalian, disebabkan kalian menolak kebenaran, maka nasihatku sama sekali tidak bermanfaat. Meskipun aku telah berusaha sekuat tenaga untuk menasehati kalian.” (Taisir Karimir Rahman, hlm. 381)
Sesuatu yang Allah kehendaki ini terjadi: kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak mau mengikuti dakwah beliau.
2. Contoh yang lain, firman Allah,
وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d:11)
Terjadilah perkara yang Allah kehendaki, meskipun Allah sangat membenci sikap mereka yang menolak kebenaran.
Anda tidak perlu bertanya, mengapa Allah menciptakan sesuatu, padahal sesuatu itu Dia benci. Tentang latar belakang, mengapa menciptakan makhluk demikian, itu bukan urusan kita.
Yang jelas, semua yang Allah ciptakan memiliki hikmah dan tidak sia-sia. Hanya saja, terkadang hikmah itu kita ketahui dan terkadang tidak kita ketahui. Karena itu, bagi Anda yang tidak mengetahui hikmah, jangan berusaha untuk menolak atau mempertanyakannya dengan nada menolak. Tunjukkanlah sikap yang pasrah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Singkat kata, kesimpulan dari penjelasan tentang iradah kauniyah adalah “Anda dipaksa untuk meyakini bahwa segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi di alam ini, baik itu sesuatu yang baik atau sesuatu yang tidak baik, semua terjadi sesuai dengan kehendak Allah“. Tidak ada satu pun yang terjadi di luar kehendak Allah.
Kedua, iradah diniyah–bisa juga disebut “iradah syar’iyah“, atau sering juga disebut “al-mahabbah“–adalah kecintaan Allah terhadap sesuatu, meskipun sesuatu yang Dia cintai tidak diwujudkan atau diciptakan. Ketika sesuatu itu dicintai maka Allah memerintahkannya dan menjadikannya sebagai aturan syariat.
Misalnya, Allah mencintai ketaatan dan semua bentuk peribadahan kepada-Nya. Karena itu, Allah perintahkan hal ini dan Allah jadikan sebagai bagian dari agamanya. Meskipun Allah tidak menakdirkan semua makhluk-Nya melakukan hal ini. Terbukti dengan adanya banyak makhluk yang kafir, pembangkang, dan tidak menerima aturan Allah.
Contoh yang lain, Allah mencintai ketika semua umat manusia beriman. Karena itu, Allah perintahkan semua umat manusia untuk beriman. Meskipun demikian, Allah tidak menakdirkan seluruh makhluk-Nya beriman, karena tidak semua yang Allah cintai, Allah ciptakan.
Di antara contoh ayat yang menunjukkan iradah diniyah adalah:
1. Firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
“Sesungguhnya, Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan ….” (Q.S. An-Nahl:90)
Allah perintahkan perkara-perkara di atas, karena Allah mencintainya. Namun, tidak semua makhluk Allah takdirkan melaksanakan perintah tersebut.
2. Firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S. An-Nisa:58)
Sebagaimana perintah di atas, tidak semua orang melaksanakan perintah ini, meskipun Allah mencintainya dan bahkan memerintahkannya, karena Allah tidak menakdirkan seluruh manusia melaksanakan perintah ini.
Demikian penjelasan singkat masalah takdir. Semoga penjelasan di atas tidak membuat Anda terlalu pusing untuk memahami takdir Allah. Namun, yang lebih penting di sini, kita mendapat sebuah kesimpulan bahwa tidak semua yang terjadi di alam ini diridhai dan dicintai oleh Allah. Dengan bahasa yang lebih tegas, tidak semua yang Allah ciptakan berarti Allah setuju atau Allah mencintainya, meskipun segala sesuatu yang ada di alam ini terjadi karena kehendak Allah ta’ala.
Dengan demikian, harta melimpah yang Allah berikan kepada manusia yang tidak taat, bukanlah tanda Allah mencintai mereka. Demikian pula, ketika ada orang yang mencari harta dengan cara pesugihan, kemudian Allah kabulkan keinginannya, bukanlah tanda bahwa Allah mengizinkan perbuatannya mencari harta dengan cara kesyirikan.
Kesimpulan ini dapat Anda analogikan untuk setiap kasus yang sama. Sebagian orang yang gandrung dengan ilmu “kanuragan islami” berdalih bahwa di antara bukti kalau ilmu itu datang dari Allah, ilmu itu bisa dipraktikkan dan berhasil. Jika Allah tidak setuju, tentunya Allah tidak akan mewujudkan keberhasilan paktik ilmu tersebut.
Sungguh aneh alasan ini! Untuk membantahnya, Anda bisa gunakan kesimpulan di atas.
Yang terakhir, saya tidak lupa mencantumkan FAQ penting terkait tulisan ini. Barangkali ada yang bertanya, apakah kaidah di atas termasuk prinsip ahlus sunnah dalam memahami takdir?
Jawabannya: Saya tegaskan, ya! Itulah akidah ahlus sunnah wal jamaah, akidah para shahabat dan para pengikutnya dalam memahami takdir dan ketatapan Allah ta’ala. Berikut ini pernyataan beberapa ulama ahlus sunnah, sebagai bukti untuk klaim di atas:
1. Imam Ibnu Abil Iz mengatakan,
والمحققون من أهل السنة يقولون : الإرادة في كتاب الله نوعان : إرادة قدرية كونية خلقية وإرادة دينية أمرية شرعية فالإرادة الشرعية هي المتضمنة للمحبة والرضى والكونية هي المشيئة الشاملة لجميع الموجودات
“Para ulama di kalangan ahlus sunnah mengatakan, ‘Iradah (kehendak Allah) dalam Alquran ada dua: iradah qadariyah kauniyah khalqiyah dan iradah diniyah amriyah syar’iyah. Adapun iradah syar’iyah adalah kehendak yang mengandung cinta dan ridha, sedangkan iradah kauniyah kehendak Allah yang meliputi semua makhluk yang ada.” (Syarh Aqidah Thahawiyah, 1:113)
2. Syekhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan,
وقد ذكر الله في كتابه الفرق بين ” الإرادة ” و ” الأمر “…بين الكوني الذي خلقه وقدره وقضاه ؛ وإن كان لم يأمر به ولا يحبه …وبين الديني الذي أمر به وشرعه وأثاب عليه…
“Allah telah menyebutkan dalam kitab-Nya tentang perbedaan antara iradah dengan perintah …. Antara kauni, yang Allah ciptakan, Allah takdirkan, dan Allah tetapkan, meskipun tidak dia perintahkan dan tidak dia cintai … Antara ad-din, yang Allah perintahkan, Dia syariatkan, dan Allah berikan pahala bagi orang yang melaksanakannya ….” Kemudian beliau menyebutkan penjelasan tentang iradah kauniyah dan iradah syar’iyah. (Al-Furqan bayna Auliya Ar-Rahman wa Auliya Asy-Syaithan, hlm. 149)
Semoga bermanfaat. Allahu a’lam
Sumber Artikel : Pengusaha Muslim
|
Kajian Ilmiah